Penyusun : Nadiya
Tsabita Husna
Kelas : IX B
(Tahun Ajaran 2019/2020)
A.
Definisi Covid-19
Virus corona disebut
dengan nama Inggris Crown yang berarti mahkota, karena bentuknya seperti
mahkota ketika dilihat melalui mikroskop elektron. Pertama kali ditemukan pada
1960 dengan nama Corona Viridi atau Coronaviridae. Dari keluarga
virus ini (Coronaviridae, ed.), terdapat virus SARS yang muncul pada
tahun 2003 di wilayah Hongkong, Cina. Tercatat 8.422 korban terinfeksi, 916
orang di antaranya meninggal dunia. Lalu, pada tahun 2004 dan 2005 muncul jenis
virus baru.
Begitulah, virus mulai
bermunculan pada tahun-tahun berikutnya, khususnya tahun 2012 dan 2014, tetapi
terbatas di beberapa negara dan dengan kadar yang kecil. Pada awal Desember
2019 di Kota Wuhan, Cina, kembali muncul virus yang menyerupai virus SARS-2
dengan kemiripan 96% dan disebut Covid-19 (https://www.muslimahnews.com/2020/03/28/tanya-jawab-dampak-virus-corona-covid-19-bagian-1-4/).
B.
Gejala Terjangkit Covid-19
Infeksi virus Covid-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi
pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak
napas, dan nyeri dada.
Secara umum ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
virus Covid-19.
1.
Demam (suhu tubuh di atas 38° Celcius)
2. Batuk
C.
Cara Penularan
Covid-19
Virus dapat berpindah dari hewan ke manusia yang berada
dalam satu area sama. Kemudian, menurut WHO, virus itu menular dari manusia ke
manusia lain. WHO mengatakan, cara penyebaran virus Covid-19 melalui tetesan kecil
yang keluar dari hidung atau mulut mereka, yang terinfeksi virus bersin atau
batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau permukaan yang akan disentuh
orang sehat. Lalu, orang sehat akan menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Covid-19 juga bisa menyebar
ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat yang berdekatan dengan yang
terinfeksi (https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200317103127-37-145413/ini-cara-penyebaran-virus-corona-covid-19-menurut-who).
D.
Cara Pencegahan
Covid-19 dapat hidup beberapa hari di
permukaan yang keras dan tidak berpori. Sementara pada permukaan berpori
seperti kain atau kardus, virus tersebut hanya akan bertahan selama 24 jam.
Virus tersebut juga bisa bertahan sampai tiga hari dan pada tembaga sekitar
empat jam.
1. Sering
cuci tangan
Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir kurang lebih selama dua puluh detik.
Apabila sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan atau hand
sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol. Dianjurkan untuk
menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut jika belum cuci tangan.
2. Hindari
kontak dekat
Hindarilah
kontak secara dekat dengan orang yang sedang sakit. Saat ini menghindari kontak
adalah cara terbaik.
3. Jaga
jarak
Jaga
jarak fisik atau physical distancing adalah cara pencegahan penyebaran
Covid-19 yang efektif. Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter akan
mengurangi risiko tertular Covid-19.
4. Gunakan
masker jika sakit
Ketika
sakit, dianjurkan untuk menggunakan masker agar orang lain tidak tertular. Jika
tidak dapat memakai masker (misalnya, menyebabkan kesulitan bernapas), harus
menutupi dengan tisu atau siku lengan saat batuk dan bersin.
5. Tetap
tinggal di rumah
Tidak
keluar rumah atau tetap berada di dalam rumah, akan meminimalisasi terjangkit
Covid-19. Tetap di rumah agar penyebaran Covid-19 tidak meluas. Anak muda
berpotensi besar sebagai pembawa mikroorganisme SARS-CoV-2 yang menyebabkan
Covid-19. Sebagai pembawa mikroorganisme, anak muda sangat mungkin
menularkannya pada orang tua atau manusia usia lanjut (manula). Oleh karena
itu, tetap berada di dalam rumah hingga wabah Covid-19 menghilang dari
Indonesia.
6. Hindari
menyentuh mata, hidung, dan mulut
Tangan
menyentuh banyak permukaan dan dapat mengandung banyak virus. Setelah
terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut.
Dari sana, virus bisa masuk ke tubuh dan membuat sakit.
7. Hindari
kerumunan
Kerumunan
sangat memungkinkan terjadinya penularan, apabila ada salah satu orang yang
terinfeksi Covid-19. Hindari kerumunan di tempat umum, tempat makan, gedung
olah raga, dan tempat ibadah sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19. Saat ini lebih baik melakukan aktivitas di
rumah agar pandemi Covid-19 cepat berlalu.
8. Tidak
berjabat tangan
Tangan
dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Covid-19. Tidak berjabat tangan
sama dengan menghindari terjadinya kontak kulit. Hal itu cukup mampu mencegah
penyebaran virus Covid-19.
9. Perbarui
informasi terkait Covid-19
Ikuti
perkembangan informasi Covid-19. Ikuti pula saran dari penyedia layanan
kesehatan serta otoritas kesehatan publik nasional dan lokal tentang cara
melindungi diri sendiri dan orang lain dari Covid-19.
10. Segera
pergi ke rumah sakit apabila mengalami gejala Covid-19
Jika
mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, cari bantuan medis. Menelepon
terlebih dahulu memungkinkan penyedia layanan kesehatan segera mengarahkan ke
fasilitas kesehatan yang tepat. Ini juga membantu mencegah penyebaran virus dan
infeksi lainnya.
E.
Pencegahan Wabah
dalam Islam
Rasulullah ï·º telah menyampaikan
pesan untuk selalu menjaga kebersihan sekitar 14 abad yang lalu, baik melalui
ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad ï·º. Tujuannya agar umat manusia menjadi
orang yang sehat dan kuat, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah hadis
disebutkan yang artinya, “Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan
raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah;
dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim).
Atas bimbingan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,
Rasulullah ï·º selalu mengingatkan
umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Caranya, kita bisa aktif melakukan
aktivitas membersihkan diri dan lingkungan sekitar agar tetap bersih. Bisa juga
hal ini dilakukan dengan cara pasif, yakni tidak mengotori lingkungan sekitar
dengan cara berdiam diri.
Ketika menghadapi wabah penyakit yang mematikan,
Rasulullah ï·º mengingatkan yang
artinya, “Tha'un (wabah penyakit
menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Apabila kamu mendengar
penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu.
Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu
lari darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Rasulullah ï·º juga menganjurkan
untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang
dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadis yang
artinya, “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan
dengan yang sehat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan
demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi.
Aktivitas inilah yang sekarang dikenal dengan social distance, yakni suatu
pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Caranya adalah jauhi
kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social distance tak hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi,
politik, hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung
berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dalam ibadah.
Nabi Muhammad ï·º juga sangat mendorong
umatnya untuk mematuhi praktik higienis. Gaya hidup sehat akan membuat orang
tetap sehat dan aman dari infeksi. Di antara praktik higienis adalah mencuci
tangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang artinya, “Barang siapa tertidur dan di tangannya
terdapat lemak (kotoran bekas makanan) dan dia belum mencucinya, lalu dia
tertimpa oleh sesuatu, janganlah dia mencela melainkan dirinya sendir.” (HR
Abu Daud).
Uraian tersebut menjelaskan
tentang beberapa upaya preventif untuk mencegah wabah penyakit dan penyebarannya,
yakni menjaga kebersihan, isolasi, dan cuci tangan. Namun, terkadang, penyakit
tetap datang yang menyebabkan terjadinya sakit. Oleh karena itu, harus ada
upaya kuratif untuk mengatasi penyakit yang dialaminya.
Sebuah hadis (yang diriwayatkan Ahmad, Bukhari dalam
al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi) menunjukkan bahwa Allah tidak meletakkan sebuah penyakit
melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali penyakit tua. Dengan
demikian, Rasulullah ï·º menyarankan bahwa upaya
kuratifnya adalah berobat. Terbukti bahwa penyakit akibat Covid-19 bisa
disembuhkan.
F. Pelaksanaan Salat Jumat ketika Ada Wabah
Social distance,
yakni suatu pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Caranya
adalah jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social
distance tak hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi, politik,
hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung berhubungan
dengan sesama manusia, tetapi juga dalam ibadah.
Dengan demikian, salat berjamaah di
masjid boleh diganti dengan salat di rumah. Salat Jumat pun boleh diganti
dengan salat zuhur di rumah guna menghindari wabah penyakit. Inilah yang
kemudian hadis (yang diriwayatkan Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah
ibnu 'Abbas) berikut dijadikan pedoman untuk menghindari mudarat yang lebih
besar, Lâ dharara wa lâ dhirar, artinya tidak boleh berbuat mudarat dan
hal yang menimbulkan mudarat (https://republika.co.id/berita/q7hqrm385/teladan-nabi-muhammad-mencegah-wabah).